Jumat, 11 Desember 2015

Band Indie

Sekilas Tentang Band Efek Rumah Kaca

Sekitar dua tahun yang lalu saya iseng iseng mencoba mendengarkan lagu-lagu mereka, karena banyaknya teman saya yang mendengarkan jadi membuat saya penasaran untuk tahu, apasih keunikan yang ada di band Efek Rumah Kaca ini. Band Efek Rumah Kaca salah satu band yang berasal dari Jakarta, yang beraliran pop, mereka terdiri dari tiga personil, sebelumnya band ini bernama Hush, kemudian diganti menjadi Superego, lalu berubah hingga sekarang dengan nama Efek Rumah Kaca yang di ambil dari salah satu judul lagu album perdana mereka.Mungkin bisa dibilang mereka adalah Band Indie, karena karya-karya mereka berbeda dengan corak lagu yang sedang laris di pasaran.



Akhir-akhir ini saya suka memperhatikan lirik saat mendengarkan musik, tidak seperti biasanya, kali ini sebuah lirik menjadi bagian yang paling menarik. Termasuklah di dalamnya lirik disetiap lagu-lagu Efek Rumah Kaca sangat imajinatif dan membuat lirik lagu nya dari realita yang ada sekarang seperti tentang politik ataupun tentang percintaan.

Mungkin ada beberapa lagu yang butuh analisa berulang, iya maksudnya harus saya ulang berkali-kali dulu untuk menangkap sebuah maknanya. Nuansa yang dibangun benar-benar, memberikan kesan yang sangat bernilai dalam setiap makna lirik lagunya.
Ini ada beberapa track yang menjadi favorite saya :

“Jalang”
Siapa yang berani bernyanyi
Nanti akan dikebiri
Siapa yang berani menari
Nanti kan di suntik mati

Karena mereka, paling suci
Lalu mereka bilang kami jalang
Karena kami, beda misi
Lalu mereka bilang kami jalang

 Menurut lirik lagu Efek Rumah kaca yang berjudul “Jalang” ini menggambarkan tentang keadaan orde baru yang belum bebas seperti sekarang untuk meyampaikian aspirasinya. Siapun yang menentang kinerja pemerintahan adalah musuh negara, jika berani menentang seperti lirik lagu diatas "nanti akan dikebiri"... "disuntik mati".Mungkin lirik lagu itu sebagai bahan inspirasi Efek rumah Kaca membuat lagu bernadakan kritikan untuk menyindir sekumpulan orang yang duduk dikursi atas.
  
Di Udara

Aku sering diancam

juga teror mencekam
Kerap ku disingkirkan
sampai dimana kapan

Ku bisa tenggelam di lautan
Aku bisa diracun di udara
Aku bisa terbunuh di trotoar jalan
tapi aku tak pernah mati
Tak akan berhenti

Aku sering diancam
juga teror mencekam
Ku bisa dibuat menderita
Aku bisa dibuat tak bernyawa
di kursi-listrikkan ataupun ditikam

Tapi aku tak pernah mati
Tak akan berhenti
Tapi aku tak pernah mati
Tak akan berhenti

Ku bisa dibuat menderita
Aku bisa dibuat tak bernyawa
di kursi-listrikkan ataupun ditikam

Ku bisa tenggelam di lautan
Aku bisa diracun di udara
Aku bisa terbunuh di trotoar jalan

Sebuah lirik lagu yang terinspirasi dari seorang penegak HAM yaitu Munir, dia seorang aktifis yang yang menyuarakan pembelaan mengenai kasus-kasus kekerasan yang dialami warga sipil serta tak takut tentang semua tekanan-tekanan dan teror-teror dari berbagai elemen yang pernah melakukan pelanggaran HAM


“Jatuh Cinta Itu Biasa Saja”

Kita berdua hanya berpegangan tangan
Tak perlu berpelukan
Kita berdua hanya saling bercerita
Tak perlu memuji

Kita berdua tak pernah ucapkan maaf
Tapi saling mengerti
Kita berdua tak hanya menjalani cinta
Tapi menghidupi

Ketika
rindu, menggebu-gebu, kita menunggu
Jatuh cinta itu biasa saja
Saat cemburu, kian membelenggu, cepat berlalu
Jatuh cinta itu biasa saja

Jika jatuh cinta itu buta
Berdua kita akan tersesat
Saling mencari di dalam gelap
Kedua mata kita gelap
Lalu hati kita gelap
Hati kita gelap
Lalu hati kita gelap

Dalam lirik lagu ini banyak menyampaikan pesan moral kepada generasi muda untuk tidak mencitai berlebihan, cemburu berlebihan dan tidak usah merasa rindu berlebihan, karena memiliki rasa berlebihan akan mempunyai dampak yang negatif terhadap kita sendiri ataupun pasangan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar