Selasa, 08 Desember 2015

Museum Tekstil

Kekayaan Kain Tradisional di Museum Tekstil
Tanah Abang



Gambar 1. Saya dan teman sekelompok didepan Gedung Museum Tekstil

Pada kesempatan ini, saya akan membagikan sedikit cerita pengalaman saya dengan beberapa teman saya yang berkunjung ke Museum Tesktil Tanah Abang beberapa waktu lalu. Dalam rangka memenuhi tugas kuliah Ilmu Budaya Dasar, saya dan teman sekelompok saya memilih untuk berkunjung ke Museum Tekstil yang terletak di daerah Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Gambar 2. Gedung Museum Tekstil tampak depan
          Untuk yang pertama, saya akan menjelaskan transportasi umum apa yang dapat membawa kita ke Museum Tekstil. Banyak transportasi umum yang mengarah ke Museum Tekstil salah satunya transportasi yang sedang ramai digunakan masyarakat Jakarta, yaitu kereta listrik Commuterline Jabodetabek. Aksesnya yang mudah membuat saya dan teman saya memilih menggunakan kereta commuterline untuk menuju ke Museum Tekstil. Saya akan jelaskan rute kereta listrik commuterline dari beberapa daerah asal menuju ke tanah abang. Pertama, bagi yang tinggal di daerah Bogor dan Depok, bisa menggunakan kereta dengan rute Bogor-Tanah Abang, Bogor-Duri, Bogor-Kampung Bandan, dan Bogor-Jatinegara. Kedua, bagi yang tinggal di daerah Bekasi, bisa menggunakan kereta dengan rute Bekasi-Jakarta Kota lalu transit di stasiun Manggarai lalu naik kereta kembali menuju Tanah Abang. Ketiga, bagi yang tinggal di daerah Tanggerang, bisa menggunakan kereta dengan rute Tanggerang-Duri transit ke arah Tanah Abang, atau bisa juga menggunakan kereta dengan rute Tanggerang-Bogor lalu turun di stasiun Tanah Abang. Setelah sampai di stasiun Tanah Abang, kita hanya perlu berjalan kaki ke museum yang letaknya tidak jauh dari stasiun. Butuh waktu kurang lebih sepuluh menit berjalan kaki dari stasiun menuju museum tekstil.
          Saat sampai di museum, kita sebagai pengunjung diminta untuk membeli tiket masuk terlebih dahulu. Tiket masuk yang ditawarkan juga beragam harganya namun tetap terjangkau. Untuk anak-anak dikenakan biaya sebesar Rp 2.000, untuk mahasiswa Rp 3.000, dan untuk dewasa sebesar Rp 5.000.


Gambar 3. Tiket masuk museum tekstil
Setelah membeli tiket, kita berjalan menuju gedung utama dimana didalamnya terdapat banyak kain batik dari berbagai daerah. Namun ada yang unik sebelum memasuki gedung, yaitu keberadaan tugu kecil yang memuat tulisan mengenai sejarah singkat bangunan yang kita kenal sekarang sebagai gedung museum tekstil.

Gambar 4. Tugu kecil berisikan sejarah singkat bangunan museum tekstil

Sejarah singkat Museum Tekstil :
          Gedung ini awalnya sebagai Landhuis (Villa) dibangun pada awal abad ke 19, milik warga Prancis yang tinggal di Batavia, kemudian dibeli oleh Sayed Abdul Aziz Al Kazimi, konsul Turki di Batavia. Pada tahun 1942 dijual lagi kepada Dr. Karel Christian Crucq. Pada masa revolusi fisik tahun 1945 sebagai markas besar Barisan Keamanan Rakyat (BKR). Pada tahun 1947 menjadi milik Lie Sion Pin kemudian olehnya di kontrakkan kepada Departemen Sosial RI untuk penampungan orang-orang jompo dan sejak tahun 1952 dibeli oleh Departemen Sosial RI.
          Pada tahun 1972 ditetapkan sebagai bangunan bersejarah yang dilindungi Undang-undang Monumen (MONUMENTEN ORDONANTIE)STBL. 1931 NO. 23 dan surat keputusan Gubernur KDKI Jakarta NOMOR. CB. 11//1/12/72, tanggal 10 Januari 1972. Pada tanggal 25 Oktober 1975 diserahkan oleh Departemen Sosial RI kepada PEMDA DKI Jakarta untuk bangunan Museum kemudian pada tanggal 28 Juni 1976 diresmikan sebagai Gedung Museum Tekstil.

Saat masuk kami langsung disuguhkan pemandangan yang begitu bagusnya. Dengan banyaknya koleksi kain batik yang ada didalamnya membuat ruangan tersebut jadi mempunyai warna ruangan yang khas dan teduh.

Gambar 5. Saat memasuki gedung dengan berbagai macam batik

Begitu banyaknya koleksi kain batik yang ada menambah kekaguman saya dan teman-teman saya terhadap kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia. Banyak sekali motif batik mulai dari yang sederhana sampai motif yang cukup banyak dan agak sulit. Kain batik yang ada di Museum Tekstil berasal dari sumbangan-sumbangan orang lain yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, antara lain berasal dari Yogyakarta, Madura, Surakarta, dan lainnya. Beberapa koleksi kain di museum adalah kain panjang bintang laut, kain panjang sabat rantay, buketan latar dlorong, buketan peksi kipas latar blangreng, kain panjang sekar jagad, kain panjanng blandha, dan masih banyak lainnya.



Gambar 6. Koleksi kain batik museum tekstil

Selesai berkeliling melihat-lihat berbagai koleksi kain batik di gedung utama museum, saya dan teman-teman memilih untuk beristirahat sejenak di taman yang berada didalam area museum sambil menikmati makanan ringan dan minuman yang kami bawa. Setelah merasa cukup beristirahat, kami melanjutkan berkeliling ke area lain untuk melihat koleksi alat tenun dan hasil tenunannya.



Gambar 7. Alat tenun dan kain tenun

Di museum tekstil juda terdapat tempat dimana kita bisa belajar membuat batik, untuk pengunjung cukup membayar Rp 5.000/orang.



Gambar 8. Pendopo Batik dan orang yang sedang belajar membatik

Di dalam area museum terdapat sarana umum yang dapat digunakan oleh pengunjung yang sedang berkunjung seperti toilet, kantin dan mushala. Namun bukan hanya itu, disana juga terdapat fasilitas lainnya seperti perpustakaan, laboratorium penyimpanan, auditorium, internet hotspot, dan mini teater. Di dalam museum, tepatnya di depan pendopo membuat batik terdapat sebuah bangunan yang didalamnya terdapat buah tangan bagi para pengunjung yang ingin membeli sebagai oleh-oleh atau souvenir.
Demikianlah cerita pengalaman saya dan teman-teman saya saat mengunjungi museum tekstil. Semoga apa yang sudah diceritakan ada yang bisa diambil dan dijadikan bahan pelajaran atau informasi baru.
Terima kasih sudah membaca cerita pengalaman ke museum tekstil ini, dan mohon maaf jika masih terdapat kesalahan dalam ejaan dalam penulisan. Kritik dan saran kami terima dengan sangat terbuka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar